Namanya Sinta, seorang wanita cantik
yang memeknya masih perawan. Dia adalah pegawai di salah satu bank yang
dalam kisah tulisan cerita dewasa ini sedang menikmati pemerkosaannya
oleh seorang lelaki teman kerja sekantornya yang sedang haus kenikmatan
memek perawan wanita.
Sinta, seorang wanita muda berusia 25
tahun, dengan langkah gontai menembus kerumunan para peserta jalan sehat
yang masih terus mondar-mandir kesana kemari dengan ramai menunggu
hasil pengumuman door prize undian. Sejak tadi malam, kondisi badan
Sinta memang sedang kurang fit, namun karena ia telah berjanji dengan
temannya untuk mengikuti acara ini, ia pun memaksakan diri untuk
mengikuti acara ini. Berbeda dengan hari kemarin yang terus menerus
dirundung hujan, Kota Jakarta hari ini benar-benar terbasuh dengan terik
mentari yang begitu dahsyat. Akibat perubahan cuaca yang begitu ekstrim
ini, dapat dipastikan kondisi tubuh Sinta kian bertambah parah. Untuk
mengistirahatkan diri, ia pun terduduk sejenak di pinggiran trotoar di
sekitar lapangan tempat berkumpulnya peserta jalan sehat. Tas punggung
yang hanya berisi barang seadanya itu, ia sampirkan di sampingnya.
Sinta adalah seorang supervisor call
center bank swasta terkemuka di indonesia. Ia adalah anak pertama dari 2
bersaudara. Hari ini ia memakai setelan kaus dan celana training
berwarna ungu yang memanjang hingga ke mata kakinya yang terbungkus kaus
kaki berwarna krem yang agak transparan. Selain itu ia juga menali
rambutnya gaya ekor kuda , sehingga tampak lehernya yang putih dan
jenjang. Wajahnya bulat dihiasi dengan poni rambut, kulitnya kuning
langsat, bola matanya hitam tajam. Tampak begitu manis walaupun dengan
mimik yang lesu seperti itu. Hidungnya yang sedikit mancung nampak
begitu mempesona. Sesaat ia mengeluarkan lidahnya dan menjilati bibir
bawahnya, ia tampak kehausan.
Tanpa ia sadari, seorang lelaki bertubuh
gempal telah mengawasinya sejak awal acara jalan sehat. Lenggak-lenggok
tubuh Sinta di balik baju sportinya telah mampu membuat darah muda
lelaki berusia 20 tahunan itu menggelegak. Tejo namanya, Ia hanya
cleaning service di gedung tempat Sinta bekerja. Jabatannya hanya
sebagai pegawai biasa yg kerjanya bersih-bersih kantor, ia ikut gerak
jalan ini karena ajakan rekan kerjanya yang lain dan ia mendengar Sinta
ikut serta. Selama ini Tejo memendam rasa tertarik pada Sinta tapi segan
karena perbedaan status yang mencolok. Namun kali ini, kemolekan body
pegawai bank yang memang aduhai ini, ditambah dengan wajahnya yang
mempesona, membuat rasa haus dan lapar Tejo hilang seketika.
Berkali-kali ia meneguk liurnya sendiri memandang Sinta dari belakang.
Perlahan ia mendekati Sinta dan menyapanya, “Kenapa Mbak, tampangnya
pucat begitu? Mau diambilkan air?“
“Eemmm, tak usah Mas. Nanti biar saya cari minum sendiri“ jawab Sinta sekenanya.
“Nggak apa-apa Mbak, sebentar ya”
Secepat kilat Tejo si pria muda itu telah kembali dari tempat pembagian
air minum. Ia membawa dua botol Aqua sekaligus, satu untuk dirinya dan
satu untuk Sinta, yang telah menggoda imannya.
“Terima kasih banyak ya Mas” Tanpa
persetujuan Sinta terlebih dahulu, Tejo langsung duduk tepat di samping
pegawai bank cantik tersebut. Sinta pun menjadi sedikit risih dibuatnya.
Ia sedikit menggeser pantatnya ke arah berlawanan. Karena merasa tidak
enak sudah diambilkan minum, ia pun membiarkan lelaki itu duduk
bersebelahan dengannya walaupun tetap dengan menjaga jarak. Karena ia
telah demikian haus, ia pun menenggak air minum itu hingga setengah
botol. Entah mengapa mendadak kepala Sinta menjadi pusing. Matanya
berkunang-kunang, pandangannya kabur dan tenaganya melemah.
Terdengar cekikikan dari mulut Tejo.
Ternyata pria muda itu telah mencampurkan sesuatu di minuman Sinta
sebelum ia menyantapnya. Dengan santainya ia mengalungkan tangannya ke
leher Sinta dan menarik tubuh molek si pegawai bank yang cantik itu ke
dalam pelukannya. Orang-orang masih sibuk lalu-lalang mengikuti menunggu
pengumuman door prize undian. Walaupun ada orang melihat Tejo yang
memeluk Sinta, mereka hanya menyangka kalau mereka adalah sepasang
kekasih, karena umur keduanya tidak terpaut begitu jauh, selain itu
karena akting Tejo yang meyakinkan. Apalagi wajah Sinta yang demikian
lemah membuat para peserta lain tak berani mengganggu pasangan itu.
Sinta merasa geli merasakan
usapan-usapan tangan kasar Tejo di pipinya. Ia benar-benar tidak bisa
berbuat apa-apa. Tubuhnya terasa lemah dan kaku. Ia merasa bingung akan
apa yang terjadi padanya. Setelah minum air mineral tadi, kesadarannya
terasa tertahan. Ia tidak bebas menggerakkan anggota badannya padahal ia
masih dapat melihat dan merasakan segala sesuatu di sekelilingnya.
Keringat semakin deras membasahi wajah dan kaus yang dikenakannya.
Hampir-hampir pegawai bank nan molek itu basah kuyup oleh keringatnya
sendiri.
Melihat hewan buruannya telah begitu
jinak di pelukannya, Tejo malah makin bernafsu. Kemaluan yang sudah
beberapa bulan tidak dipakai itu kini berontak dengan dahsyat dari balik
celana panjangnya. Bau keringat Sinta yang semakin menyengat membuat
gelegak birahi Tejo makin meletup-letup. Ia membayangkan dirinya
menyetubuhi pegawai bank cantik dan menawan itu dengan liar hingga Sinta
bergetar hebat dibuatnya. Ia dekap tubuh indah itu lebih erat dan
diciuminya bau keringat Pegawai bank yang merangsang itu. Ditempelkannya
hidungnya di pipi Sinta dan sesekali Tejo mengeluarkan lidahnya dan
menjilati wajah Sinta. Sinta pun hanya bisa meringis dan menikmati
perlakuan Tejo pada dirinya.
“Akkhhh …” terdengar sedikit lenguhan
Sinta begitu pelan namun telah cukup membuat denyut nadi Tejo
berdenyut-denyut. Pegawai bank yang kini makin basah bermandikan
keringat itu, campuran dari keringat bekas mengikuti acara jalan sehat
dan keringat dingin akibat dijamah oleh Tejo, itu terlihat begitu
gelisah. Tubuhnya yang basah menjadi makin menggiurkan bagi pria muda
yang tengah meraba-raba tubuhnya. Kegiatan mereka makin mendapat
perhatian dari orang-orang di sekitarnya. Tejo sedikit khawatir dengan
hal itu, ia pun memikirkan jalan agar bisa menikmati tubuh Sinta dengan
lebih leluasa.
Tejo pun memutuskan untuk membawa Sinta
ke sebuah tempat sepi, mumpung pegawai bank nan menawan itu masih dalam
pengaruh bayang-bayang campuran obat bius dan obat perangsang yang tadi
diberikannya. Dengan cepat ia melepas pelukannya pada Sinta dan bergegas
mengambil motor bebeknya yang diparkir tak jauh dari situ. Ia pun
membimbing Sinta untuk berdiri dari trotoar dan mengajaknya untuk naik
motor bersamanya. Dengan lembut Tejo membisikkan sesuatu di telinga
Sinta, “Sayang, bila kau ingin merasakan kenikmatan yang jauh lebih
indah dari ini, ikutilah kata-kataku. Sekarang naiklah ke motor ini
dengan membonceng padaku”
Layaknya seorang kerbau yang dicocok hidungnya, Sinta pun menuruti semua yang diperintahkan Tejo. Ia merasakan adanya dorongan yang begitu dalam dari dirinya untuk merasakan kembali sentuhan dan belaian seorang Tejo. Ia merasakannya seperti gairah. Mungkin ini adalah efek dari obat perangsang yang diberikan oleh Tejo tadi. Sinta yang tadinya merupakan seorang pegawai bank yang anggun, menawan, cantik, dan santun kini telah tergila-gila dengan perbuatan cabul Tejo. Setelah Tejo naik motor pun, Sinta dengan pasrah menurutinya dan duduk menyamping sambil memeluk pinggang Tejo dengan erat.
Layaknya seorang kerbau yang dicocok hidungnya, Sinta pun menuruti semua yang diperintahkan Tejo. Ia merasakan adanya dorongan yang begitu dalam dari dirinya untuk merasakan kembali sentuhan dan belaian seorang Tejo. Ia merasakannya seperti gairah. Mungkin ini adalah efek dari obat perangsang yang diberikan oleh Tejo tadi. Sinta yang tadinya merupakan seorang pegawai bank yang anggun, menawan, cantik, dan santun kini telah tergila-gila dengan perbuatan cabul Tejo. Setelah Tejo naik motor pun, Sinta dengan pasrah menurutinya dan duduk menyamping sambil memeluk pinggang Tejo dengan erat.
Merasakan hal tersebut, Tejo begitu
girang. Selama perjalanan ia hanya memakai tangan kanan untuk menarik
gas dan mengerem, sementara tangan kirinya terus mengelus-elus tangan
perawan nan cantik yang melingkari pinggangnya. Sinta telah begitu jauh
terperosok ke dalam jebakan yang dibuat Tejo. Mereka berdua begitu
dilanda birahi yang menggebu-gebu di atas motor tua itu. Mereka sudah
sama-sama tidak sadar untuk melampiaskan nafsunya masing-masing. Tanpa
sadar tangan Sinta pun dengan lembut mengelus-elus bagian perut Tejo
membuat pria muda itu belingsatan dibuatnya. Untung rumah kontrakan Tejo
tidak begitu jauh sehingga 10 menit kemudian mereka telah sampai.
Begitu sampai di dalam rumah, Tejo
langsung menyiapkan segalanya. Pintu rumah ia kunci, motor ia masukkan,
dan Sinta ia baringkan di atas kasur rumah kontrakannya. Kini hidangan
lezat telah menantinya di atas ranjang itu dengan gairah yang
menggelora.
Tejo pun langsung membuka kaus dan
celana panjangnya. Tinggal celana dalam saja yang tersisa ia pakai. Ia
terlihat begitu sangat bernafsu dengan wanita yang tengah tergolek lemas
di hadapannya. Ia pun merangkak di atas wanita itu dan membelai wajah
Sinta yang cantik itu. “Siapa namamu manis?”
“Sinta, Mas” jawab Sinta sambil
menggigit bibir bawahnya. Ia juga tampak telah begitu tegang dengan Tejo
yang telah menanggalkan busananya. Ia sadar semua ini sudah tidak bisa
ditolak lagi. Pergolakan batin terus berlomba di dalam hatinya. Ia
begitu bingung untuk memilih lari, karena raganya mengatakan sebaliknya.
Baru kali ini ia diperlakukan seperti ini, dan baru kali ini seorang
pria menanggalkan busana di hadapannya dan mendekatinya hingga begitu
dekat di atas ranjang.
“Nama yang bagus, Sayang. ”
“Terima Kasih, Mas” Tejo pun menurunkan
jari-jemarinya ke bawah menuju bagian buah dada Sinta yang menggunung.
Besarnya ia taksir sekitar ukuran 36C. Sinta memang mempunyai ukuran
payudara yang lebih besar dari teman-teman sesama pegawai bank. Bisa
dibilang ialah pegawai bank terseksi di antara rekan kerjanya.
Sebenarnya itu bukan masalah di kalangan rekan kerjanya, tapi setelah
bertemu orang seperti Tejo yang begitu menggilai payudara besar, Sinta
sadar bahwa itu adalah bahaya besar.
Perlahan Tejo meremas-remas payudara
yang masih tertutup kaus Sinta itu dengan nafsu yang begitu menggebu. Ia
merasakan puting di payudara Sinta yang sebelah kanan, puting itu telah
begitu tegang sehingga nampak menonjol dari balik kausnya. “Kamu udah
horny yah say?”
Sinta hanya diam saja diperlakukan
seperti itu, ia tak mampu menyangkal bahwa ia telah takluk dalam dekapan
pria muda yang lebih layak menjadi adiknya itu. Ia pun tetap diam
ketika tangan Tejo mampir ke ujung celama panjangnya dan menariknya
perlahan ke atas. Tangan yang kasar itu pun dengan lancangnya menjamah
betis dan paha mulus Sinta yang belum pernah dilihat sekalipun oleh
lelaki lain. Tangan itu bergerak naik turun sehingga membuat Sinta
akhirnya mengeluarkan desahan yang begitu menggairahkan, “Aaaahhhh … “
Tejo begitu senang mendengarnya.
kemaluannya pun semakin keras dan tegang. Ia makin berani mengerjai
pegawai bank nan cantik itu dengan menurunkan celana dalam Sinta ke
bawah. Ia pun kini mengelus-elus lembut kemaluan yang sudah tidak
tertutup apa-apa lagi itu dari balik celana panjang yang masih
terpasang. Tejo memang belum berniat melepas pakaian Sinta, ia makin
terangsang dengan mengerjai Sinta dalam keadaan masih lengkap berpakaian
sporty.
Tejo pun mendekati wajah sang pegawai
bank nan anggun tersebut. Bibir mereka telah begitu dekat. Sinta pun
dapat merasakan bau badan Tejo yang begitu tak sedap, tapi entah kenapa
Sinta pun ikut mendekatkan bibirnya yang indah itu ke bibir pria yang
sama sekali tidak dikenalnya itu. Tejo membelai mesra rambut Sinta dan
memagut bibir sang pegawai bank dengan lembut dan penuh nafsu serta
gairah. Pria muda itu pun semakin berani dengan mengeluarkan lidahnya
agar dijilat oleh Sinta. Sinta pun tanpa malu menyambutnya dengan gairah
yang tidak kalah besarnya. Persetubuhan serasa tinggal menunggu waktu
bagi mereka berdua.
Sambil memagut bibir indah nan seksi
itu, tak lupa Tejo pun meremas-remas payudara Sinta dari kausnya.
Bergantian dari kanan ke kiri dan sesekali memelintir putingnya. Sinta
pun merasakan sensasi yang begitu menakjubkan.
Serasa tak ada waktu lagi, dengan
buasnya Tejo melumat bibir suci nan menawan milik seorang pegawai bank
ternama itu. Sinta, sang pegawai bank rupawan, kini sedang berpacu
dengan gairah dan birahinya sendiri. Campuran dari obat perangsang yang
diminumkan saat menunggu pengumuman door prize undian tadi dan jamahan
yang terus dilakukan Tejo membuat jantungnya berdenyut begitu cepat. Ia
seperti lupa rasa bencinya pada laki-laki sudah ia rasakan sejak lama.
Padahal dalam setiap kesempatan, ia selalu menghindari hubungan cinta
dengan laki-laki karena trauma pernah dikhianati mantan tunangannya yang
sangat ia cintai. Tapi kini Sinta tampak malah meminta tubuhnya sendiri
untuk dijamah oleh lelaki bejat seperti Tejo yang sedari tadi telah
menanggalkan pakaiannya.
Sinta meletakkan tangannya di punggung
Tejo. Dielus-elusnya punggung pria muda yang telah mengundang birahi
jalangnya untuk keluar itu. Tejo pun makin panas merasakan elusan sang
pegawai bank idaman itu di bagian tubuhnya yang cukup sensitive. Namun
ia tak mau kehilangan tempo, ia akan berusaha memancing gairah Sinta
agar ia bertingkah lebih binal lagi. Ia ingin Sinta tak hanya
menyerahkan keperawanannya namun juga bisa merasakan puncak kenikmatan
dunia darinya, siapa tahu nanti Sinta menjadi ketagihan dan mau menjadi
pemuas nafsu seksual dirinya yang sewaktu-waktu bisa meledak. Apalagi ia
sudah jarang menikmati tubuh bibinya karena ngak enak mengkhianati
kepercayaan pamannya dan bibinya terlalu banyak selingkuhan jadi
memeknya ngak seret lagi.
Sehingga selepas SMU ia memilih tinggal
sendiri dan berkerja sebagai cleaning service sambil kuliah di dekat
tempatnya bekerja. Sesekali memang ia masih berkunjung ke rumah pamannya
untuk mendapat uang saku tapi ia selalu berusaha menghindari ajakan
bibinya untuk selingkuh. Memang sesekali ia masih meladeni godaan
bibinya tapi jauh menurun drastis daripada saat ia masih menumpang di
rumahnya pamannya. Kadang-kadang Tejo dan rekan kerjanya juga main
dengan kenalan mereka yang bisa dipakai tapi jarang yang bisa memuaskan
Tejo.
“Sebentar ya Mbak,” Tejo dengan nekat
memasukkan tangannya yang hitam legam ke kaus ungu Sinta. Tangan Tejo
pun langsung bergerilya di daerah itu. Payudara Sinta yang besar dan
sensitive itu diremasnya dari balik kausnya. Sinta pun mendesah ringan
sebelum kausnya disingkap hingga diatas dada dan tubuhnya resmi dimasuki
oleh tangan nakal Tejo.
“Mass, ohhh, geli mas” begitulah erangan
Sinta ketika Tejo mulai intens meremas-remas payudara pegawai bank muda
yang begitu ranum itu. Segaris senyum menempel di bibir mesum Tejo
ketika Sinta menekan kepalanya begitu kencang ke arah payudaranya
sendiri. “Ufhhh, ampunn Mas …. !”
Tanpa pikir panjang lagi, Tejo langsung
memasukkan kepalanya ke balik kaus ungu Sinta. Disingkapnya pakaian
terusan Sinta, kemudian dengan perlahan ia mengeluarkan payudara Sinta
yang telah begitu membuncah dari bra krem yang masih menempel di
tubuhnya. “Mbak, toketnya ca’em banget … warnanya pink, lagi tegang
gitu, ukurannya berapa sih?” Ledek Tejo sambil terus meremas-remas dan
memainkan putting payudara Sinta.
Ucapan kotor Tejo semakin membangkitkan
birahinya. Satu persatu pertahanan keimanannya telah runtuh. Mimik
wajahnya yang biasanya penuh keanggunan kini perlahan berubah menjadi
begitu erotis dan merangsang. “Iya mas, ukurannya 36C … ohhh, enak mas
diremes gitu”
“Ohh, Mbak cantik suka yah? Kenapa gak
bilang tadi waktu di monas, kan bisa sekalian mas entot di sana?” Jawab
Tejo makin berani.
“Apa mas? Entot ?? ahh …” Sinta lemas
begitu Tejo mengucapkan kata-kata kotor itu. Ia sadar kalau dirinya
sudah di ambang birahi, dan Tejo pun sudah tidak tahan untuk melepaskan
gairahnya. Ia pun memperbaiki posisi berbaringnya agar Tejo bisa lebih
mudah menyetubuhi dirinya. Ia telah benar-benar kehilangan akal
sehatnya.
Merasakan geliat tubuh indah yang ada
dalam dekapannya, Tejo pun ikut bergeser hingga wajahnya tepat berada di
atas payudara Sinta. “Liat deh Mbak, toketnya dah penuh neh, Mas
kurangin sedikit yah susunya …” Ujar Tejo sambil menyibak sedikit kaus
Sinta hingga ia bisa melihat payudaranya sendiri.
“Ahh Mas …” Sinta pun mendesah ketika
bibir Tejo mulai menyentuh putting payudaranya. Seketika selembar lidah
nan panas dan kasar menjulur keluar dan menggerayangi payudara Sinta
yang begitu mulus, belum terjamah seorang pria pun. Sinta pun langsung
menggeleng-gelengkan kepalanya menahan desakan birahi yang begitu
menggebu. Erangannya sudah tak bisa dibendung, matanya memejam menunggu
ledakan gairah dari dalam tubuh seksinya.
Tejo melakukannya dengan begitu
perlahan-lahan. Ia ingin ini menjadi sesuatu yang tak akan ia lupakan
seumur hidup. Kapan lagi kan, bisa menyetubuhi seorang pegawai bank
cantik seperti Sinta ini. Dengan ganasnya Tejo mengulum putting payudara
Sinta mulai dari yang sebelah kiri, kemudian berlanjut ke payudara
sebelah kanan.
“Ahhh, Mas. Geli banget …”
“Mbak suka kan, kalo suka Mas kulum
terus yah.” Tejo sudah tidak segan-segan lagi mengatakan kata-kata cabul
di hadapan Sinta. Dan respon Sinta pun bukannya berusaha memberontak,
tapi malah seakan membuka pintu lebar-lebar bagi Tejo untuk merobek
keperawanannya di sebuah rumah yang terkesan sedikit kumuh itu.
“Iya, Mas. Suka.” Mendengar kata-kata
itu, Tejo pun menganggapnya sebagai sebuah izin untuk melakukan hal yang
lebih jauh. Ia pun melepaskan kulumannya di payudara Sinta sang pegawai
bank manis, dan kemudian diikuti lenguhan panjang Sinta yang menandakan
kekecewaannya akan perlakuan Tejo itu. Dengan langkah cepat, Tejo
langsung turun ke bagian bawah tubuh Sinta dan kemudian menarik perlahan
celana panjang Sinta.
Ternyata Sinta masih memakai celana
dalam, celana dalam itu berwarna biru muda dan terbuat dari bahan yang
tipis. “Mas buka ya Mbak, celana dalamnya.” Sinta yang telah dilanda
birahi yang benar-benar menggelegak itu pun hanya mengangguk sambil
menggigit bibir bawahnya.
Dengan sekali tarik, celana dalam itu
pun terlepas dari tempatnya. Selain karena bahannya yang tipis dan
kekuatan Tejo, Sinta pun ikut memberikan sedikit bantuan dengan
mangangkat bokongnya untuk memudahkan Tejo. Ia seperti telah pasrah,
bahkan malah benar-benar menginginkan untuk disetubuhi untuk pertama
kalinya oleh Tejo.
Dalam sekejap, betis dan paha mulus
Sinta pun terpampang dengan jelas di hadapan Tejo. Bagian bawah tubuh
indah pegawai bank itu benar-benar putih terawat. Mungkin karena tak
pernah terkena sinar matahari langsung atau memang Sinta sengaja merawat
bagian bawah tubuhnya tersebut. Selama ini para kekasih lesbinya selalu
kagum dengan keindahannya, tapi kini seorang pria muda sedang
memandanginya tanpa sehelai pun pembatas.
Tejo semakin merasa takjub melihat Sinta
dalam keadaan telanjang bagian bawah badannya. Sungguh, laki-laki ini
tidak pernah menyangka kalau sore ini akan melihat kemulusan badan Sinta
yang selama ini ia perhatikan dari jauh. Pertama kali Tejo melihat
Sinta, pria ini memang sudah tergetar dengan kecantikan wanita berkulit
putih ini walaupun sebenarnya Tejo juga punya beberapa kenalan wanita,
tapi tidak apa-apanya apabila dibandingkan Sinta.
“Mbak, pahanya mulus banget sih, Mas
elus-elus yah?” Sebuab pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban. Tejo
langsung mulai menjamah bagian terlarang dari seorang pegawai bank yang
cantik seperti Sinta.
Namun Sinta sendiri pun tidak melakukan
perlawanan dan malah menyodorkan paha dan betis indahnya untuk dinikmati
sang penjantan muda itu. “Iya Mas. Sinta selalu perawatan di salon.
Ahhh, Mas, Udah yah, Sinta malu”
Sebuah penolakan yang tampaknya tak
berarti mengingat Sinta tak berusaha sedikitpun untuk menutupi bagian
terlarang yang sudah terbuka lebar dan siap untuk dinikmati. Tejo
langsung meraba-raba paha putih itu dan menjilat-jilat betis Sinta yang
mulus. “Hmm, Mbak Sinta bener-bener kayak bidadari yah. Orangnya cantik,
tubuhnya indah banget pula”
“Ahh, ahhh, Mas … “ Desahan Sinta pun akhirnya keluar begitu saja tanpa mampu ia bendung.
“Ada apa Mbak? Udah gak tahan yah …”
Tejo pun tak mau berbasa-basi lagi, ia pun langsung mengangkangi bagian
pinggul pegawai bank yang manis tersebut. Dengan bersemangat, ia pun
menggesek-gesekkan kontolnya di memek Sinta, yang tampaknya sudah basah
oleh lendir gairah itu.
“Akhhh, geli banget Mas,” Sinta pun
merasakan sensasi yang benar-benar baru dan luar biasa. Dalam kehidupan
cintanya, ia tidak pernah berhubungan cinta dengan lawan jenis, apalagi
menyentuh kemaluan lawan jenisnya. Namun kini, seorang pria muda tengah
mengangkanginya, sambil menggesek-gesekkan kontolnya ke memek Sinta,
membuaat Sinta benar-benar hilang akal. Ia pun hanya bisa pasrah ketika
Tejo melepas kausnya, hingga payudaranya yang besar dan indah itu pun
telah terpampang dan siap untuk dinikmati.
Tejo pun terkesiap dengan apa yang ada
di hadapannya. Sinta, seorang pegawai bank cantik dan jelita yang
berstatus sebagai supervisor, kini sedang mengerang dan mendesah dengan
banal di hadapannya. Dilihatnya kemaluan sang pegawai bank yang tanpa
bulu sehingga dapat terlihat dengan jelas olehnya di mana letak klitoris
dan lubang kelamin suci sang wanita. Memek Sinta ternyata telah
berdenyut-denyut kencang tanpa bisa dikontrol si empunya, tanda bahwa
empunya sedang mengalami gejolak birahi yang luar biasa.
Tanpa memikirkan apa-apa lagi, Tejo
langsung mendorong penisnya ke dalam memek suci Sinta . Diperlakukan
seperti itu, Sinta tambah bergairah dan sedikit berteriak, “Ahhhhh,
Massss ….” Tangannya menggenggam ujung seprei tempatnya berbaring
sekarang, tempatnya dikerjain oleh seorang pria seperti Tejo yang sedang
mengangkangi keperawanannya.
“Mbak, toketnya nganggur tuhh, Mas remes-remes yahh …”
“Ohhh, ohhh, tolong Mas, jangan
lanjutkan ini … kasihani saya” Tampaknya Sinta telah berangsur-angsur
sadar dari efek obat perangsang yang telah diminumnya. Namun sayangnya
itu semua telah terlambat, dan keperawanannya telah di ujung penis Tejo.
“Tanggung, Mbak, dikit lagi masuk neh.
Sekali Mbak ngerasain kontol Tejo, pasti minta nambah deh nanti,” Tejo
cekikikan ketika merasakan selaput dara pegawai bank itu telah berada
tepat di depan kontolnya. Dengan menambah kekuatan remasan pada payudara
Sinta, sehingga membuat Sinta sedikit menggelinjang, Tejo pun
memusatkan konsentrasinya pada memek Sinta dan … “Akhhhhh, memek Mbak
Sinta memang mantap …. Akhhhhh”
“Akhhhhh, Masss …” Merasakan selaput
daranya telah jebol, Sinta pun belingsatan. Rangsangan yang diberikan
Tejo kepadanya begitu hebat. Bukannya berontak, Sinta memilih untuk
melanjutkan persetubuhan ini sampai akhir, ia merasakan semuanya sudah
terlanjur baginya. Selain itu ia tidak mengira kalau persetubuhan dengan
lelaki ternyata sangat nikmat sekali.
Tejo merupakan lelaki yang berpengalaman
dalam masalah seks. Ketika merasakan aliran darah merembes di sela-sela
kontolnya dan dinding vagina Sinta, Tejo pun sedikit menarik kontolnya
keluar dari sarang yang hangat itu. Sinta pun terkesiap dan berusaha
memasukkan kembali burung nakal Tejo kembali ke dalam tubuh seksinya.
Mimik wajah Sinta telah berubah menjadi begitu banal dan jalang. Namun
rambut yang dikuncir ekor kuda serta poni rambutnya nampak rapi tetap
menghiasi paras manis dan cantik khas pegawai bank ini. Tejo benar-benar
tak tahan akan mangsanya kali ini. Ia pun kehilangan control dan
langsung menyambar bibir Sinta dengan bibirnya.
Sekitar 15 menit lamanya Tejo
menyetubuhi Sinta dengan posisi konvensional. Dengan buas ia melumat
bibir dan lidah Sinta. Sinta pun tak kalah liar membalas kuluman bibir
pria muda itu. Sementara itu, kontol Tejo terus mengocok vagina Sinta
tanpa henti. Sinta pun membantu sang pejantan dengan mengangkat
pinggulnya yang gemulai itu menjemput kontol Tejo yang berukuran dua
kali ukuran normal ini. Dua insan berbeda jenis kelamin dan status
social itu tampak menikmati persetubuhan terlarang itu. Sinta dengan
tanpa malu mendesah-desah kenikmatan ditindih mesra oleh Tejo yang kekar
dan gempal itu.
“Ahhh, Ahhh, Ahhh, Mass, enakk Mas, enakk, Ohhh, Ohhh …”
“Enakk ya Mbak, Ahhh, Ahhh, memek Mbak Sinta legit banget, Akhh, Tejo mau keluar Mbak …”
“Ahh, iya Mas, kontolnya enakk Mas … Apanya yang mau keluar mas?”
“Spermaaa Mbak, Pejuu Tejo …”
Tiba-tiba Sinta bagai tersambar petir.
Ia sadar betul bila sperma Tejo sampai masuk ke dalam rahimnya, maka
besar kemungkinan ia akan hamil dan mengandung anak Tejo. Ketika
terpikir hal itu, Sinta pun hendak berontak, Tapi saat itu juga ia
mengalami orgasme. Cukup lama sekali Sinta menahan nafsunya karena sibut
dikejar target menggaet nasabah untuk program asuransi. Kini tiba-tiba
ada penis yang memasuki memeknya, apalagi memang dia dalam keadaan
birahi tinggi, akibat pengaruh obat perangsang serta pemainan Tejo yang
sudah cukup berpengalaman, dan sudah hampir klimaksnya, maka ketika Tejo
menghujamkan penisnya dalam-dalam, maka Sinta mencapai orgasme yang
begitu hebat yang belum pernah dirasakannya sebelumnya.
Tejo merasa dirinya di surga ketujuh.
Kini kontolnya sudah ambles masuk ke memek sinta. Dirasakannya liang
senggama Sinta menjadi begitu sempit meremas batang kontolnya. Dinding
liang senggama Sinta basah oleh cairan kewanitaan dan terasa seperti
pipa lembut yang menjepit keras kontolnya. Apalagi sekarang Sinta sedang
orgasme.
Tejo dapat merasakan pinggul Sinta yang
sedikit bergetar seperti menggigil, sementara dinding lubang kencing
Sinta berdenyut-denyut meremas kontolnya seakan ingin menyedot habis isi
kontolnya. Tejo terus mengaduk lubang memek Sinta dengan lembut dan
membuat Sinta makin terbuai. Lalu, dengan geraman panjang, ia menusukkan
kontolnya sejauh mungkin ke dalam kemaluan pegawi bank yang seksi ini.
“Ohhh …mmhhh …enghhh”desah Sinta ketika
sekali cairan kemaluannya menyembur menyiram penis Tejo yang sedang
mengaduk aduk kemaluannya.
Sinta yang masih dibuai gelombang
kenikmatan, kembali merasakan sensasi aneh saat bagian dalam lubang
memeknya gantian disembur cairan hangat mani dari penis Tejo yang terasa
banyak membanjiri lubang lubang memeknya. Sinta kembali merintih, saat
perlahan Tejo menarik keluar kontolnya yang lunglai.
Sementara hujan diluar turun dengan
deras disertai dengan Guntur. Rupanya Tejo belum puas setelah
menyebadani badan montok wanita yang selama ini diperhatikan dari jauh
tersebut. Sesaat kemudian Tejo meremas remas buah dada Sinta yang
menegang seperti dua buah gunung kembar.
“mas sudah mas… aku lelah banget” pinta Sinta sambil menoleh ke Tejo
“satu ronde lagi aja mbak… tanggung nih..” kata Tejo sambil meremas buah dada pegawai bank tersebut. Lidah Tejo kini menyapu leher Sinta. Sinta menggelinjang karena perasaan geli bercampur nikmat, apalagi jilatan lidah Tejo itu terkadang disertai cupangan-cupangan yang membuat lututnya lemas. Kedua tangannya tetap meremas rambut Tejo. Lidah Tejo kini menyusuri dadanya. Tejo menjilat belahan dada Sinta yang seperti lembah kecil sambil sesekali mencupang daerah itu juga. Kemudian tanpa membuang waktu Tejo kemudian melucuti BH masih yang dipakai Sinta dan dengan rakus melahap payudara kanan Sinta sambil tangan kanannya meremas payudara Sinta yang sebelah kiri. Sinta makin menanjak birahinya ketika dirasakannya lidah Tejo memutar-mutar di puting payudaranya dan diselingi dengan hisapan mulut. Terkadang mulut Tejo menyedot pinggir payudara Sinta, bagian bawah payudara Sinta, bagian atasnya, pokoknya setiap jengkal dada kanannya dijelajahi oleh lidah dan mulut Tejo sehingga kini di sana-sini terlihat bekas cupangan. Nasib yang sama juga dialami oleh payudara kirinya. Tejo menyerang payudara kirinya dengan buas dan terkadang terlihat seakan Tejo sedang makan buah atau makanan nikmat karena mata Tejo itu merem melek.
“satu ronde lagi aja mbak… tanggung nih..” kata Tejo sambil meremas buah dada pegawai bank tersebut. Lidah Tejo kini menyapu leher Sinta. Sinta menggelinjang karena perasaan geli bercampur nikmat, apalagi jilatan lidah Tejo itu terkadang disertai cupangan-cupangan yang membuat lututnya lemas. Kedua tangannya tetap meremas rambut Tejo. Lidah Tejo kini menyusuri dadanya. Tejo menjilat belahan dada Sinta yang seperti lembah kecil sambil sesekali mencupang daerah itu juga. Kemudian tanpa membuang waktu Tejo kemudian melucuti BH masih yang dipakai Sinta dan dengan rakus melahap payudara kanan Sinta sambil tangan kanannya meremas payudara Sinta yang sebelah kiri. Sinta makin menanjak birahinya ketika dirasakannya lidah Tejo memutar-mutar di puting payudaranya dan diselingi dengan hisapan mulut. Terkadang mulut Tejo menyedot pinggir payudara Sinta, bagian bawah payudara Sinta, bagian atasnya, pokoknya setiap jengkal dada kanannya dijelajahi oleh lidah dan mulut Tejo sehingga kini di sana-sini terlihat bekas cupangan. Nasib yang sama juga dialami oleh payudara kirinya. Tejo menyerang payudara kirinya dengan buas dan terkadang terlihat seakan Tejo sedang makan buah atau makanan nikmat karena mata Tejo itu merem melek.
Puas dengan payudara Sinta kini
perhatiannya pindah ke selangkangan, Matanya melotot buas ketika
memperhatikan lubang memek Sinta yang tampak membukit. Gundukan di
tengah selangkangan yang tampak menonjol membuat penis Tejo terasa kian
keras menegang oleh birahi dan Tejo tak tahan mengulurkan tangannya
meremas-remas bukit kemaluan yang montok milik Sinta. Sinta tersentak
ketika tangan Tejo meremas-remas bagian selangkangannya yang masih
berlepotan mani Tejo, darah perawan dan cairan kewanitaannya, namun
pengaruh obat perangsang sex yang diminumnya membuat Sinta ini hanya
bisa mendesah.
Badan Sinta ini hanya menggeliat-geliat
saat selangkangannya diremas remas oleh tangan Tejo tanpa jemu. Mulutnya
mendesah-desah dengan ekspresi yang membuat libido Tejo kembali semakin
terangsang. Tejo terkekeh melihat gelinjangan pegawai bank muda yang
cantik ini saat bagian selangkangannya diremas-remas. Puas meremas-remas
tonjolan bukit kemaluan sinta tersebut, mata Tejo kembali memandang
Sinta yang terlentang di atas kasur ini dari ujung kepalanya yang masih
tampak manis dengan rambut poni yang masih tertata rapi dan rambut yang
dikuncir ekor kuda.
Sungguh sebuah pemandangan yang
menakjubkan dan muncul sebuah sensasi sendiri saat Tejo berhasil melihat
bagaimana kemaluan wanita cantik seperti Sinta. Tangan dan penis Tejo
memang telah merasakan kekenyalan bukit kemaluan Sinta, saat
meremas-remas dan kemudian memasukinya sebelumnya. Tetapi ketika melihat
bentuknya pada saat terlentang dalam keadaan telanjang ternyata sangat
merangsang birahi. Tejo memperhatikan muka Sinta yang terlentang di
depannya, muka ayu itu terlihat semakin ayu menggemaskan.
Muka Sinta tersebut memperlihatkan
ekspresi wanita yang tengah terlanda birahi. Tejo menyeringai sejenak
sebelum kemudian kembali membenamkan mukanya di tengah selangkangan
Sinta yang terasa hangat. Hidungnya mencium bau kewanitaan Sinta yang
segar dan wangi, jauh sekali perbedaannya dibanding bau kewanitaan
kenalan Tejo. Tejo semakin mendekatkan mukanya ke arah bukit kemaluan
Sinta, bahkan hidungnya telah menyentuh kelentit pada kemaluan Sinta.
Dengan nafas yang terengah-engah menahan birahi, lidahnya terjulur
menjilati kelentit yang menonjol di antara bibir kemaluan Sinta. Saat
lidahnya mulai menyapu kelentit Sinta, tiba-tiba pinggul Sinta ini
menggelinjang dibarengi desahan pegawai bank yang cantik ini.
“Ahh…ahhhhh..ahhh”desah Sinta yang membuat libido Tejo semakin menggelegak.
Tejo semakin bernafsu menjilati dan menciumi bukit kemaluan Sinta yang semakin becek oleh cairan kemaluannya. Setiap kali lidahnya menyapu permukaan kemaluan Sinta atau bibir Tejo menciumnya dengan penuh nafsu, wanita berkulit putih ini menggelinjang dan mendesah- desah penuh birahi. Lidah dan bibir Tejo seakan berebut merambah sekujur permukaan bukit kemaluan Sinta .
“Ouhhhh….Mbak Sinta……”desis Tejo melihat lagi gundukan bukit kemaluan Sinta yang makin basah akibat aksi Tejo.
Tejo semakin bernafsu menjilati dan menciumi bukit kemaluan Sinta yang semakin becek oleh cairan kemaluannya. Setiap kali lidahnya menyapu permukaan kemaluan Sinta atau bibir Tejo menciumnya dengan penuh nafsu, wanita berkulit putih ini menggelinjang dan mendesah- desah penuh birahi. Lidah dan bibir Tejo seakan berebut merambah sekujur permukaan bukit kemaluan Sinta .
“Ouhhhh….Mbak Sinta……”desis Tejo melihat lagi gundukan bukit kemaluan Sinta yang makin basah akibat aksi Tejo.
Bibir kemaluan Sinta terlihat merekah
kemerahan dengan kelentit menonjol kemerahan semakin menawan dengan
putihnya bukit kemaluan pegawai bank tersebut. Tejo melihat kemaluan
Sinta sudah basah oleh persetubuhan sebelumnya, bahkan ketika Tejo
menguakkan bibir kemaluan pegawai bank ini cairan kenikmatannya yang
bercampur dengan darah keperawanan dan sperma Tejo jatuh menetes
membasahi kasur. Tejo menjadi sangat terangsang melihat hal ini. Dengan
birahi yang kian menggelegak lidah Tejo menyapu kemaluan telanjang di
antara paha wanita cantik ini. Tejo merasa paha Sinta bergetar lembut
ketika lidahnya mulai menjalar mendekati selangkangan pegawai bank lebar
ini. Sinta menggeliat kegelian ketika akhirnya lidah Tejo sampai di
pinggir bibir kemaluannya yang telah terasa menebal. Ujung lidah Tejo
menelusuri lepitan-lepitan di situ, menambah becek kemaluan yang memang
telah basah itu.
Terengah-engah Sinta mencengkeram kasur
menahan nikmat yang tiada tara. Sinta menggelinjang hebat ketika lidah
dan bibir Tejo menyusuri sekujur kemaluan ibu muda ini. Mulut pegawai
bank ini mendesah-desah dan merintih-rintih saat bibir kemaluannya di
kuak lebar-lebar dan lidah Tejo terjulur masuk menjilati bagian dalam
kemaluannya. Bahkan ketika lidah Tejo menyapu kelentit Sinta yang telah
mengeras itu, kemudian di teruskan dengan menghisapnya dengan lembut
Sinta merintih hebat. Badannya mengejang sampai punggungya melengkung
bagaikan busur panah membuat dadanya yang montok membusung.
“Ahhhhh….ahhhhhh….ahhhhh”rintih Sinta dengan jalangnya disertai badan yang menggelinjang.
Kembali cairan kenikmatan membasahi kemaluan pegawai bank ini, hal ini lidah dan bibir Tejo makin liar menjilati di daerah paling pribadi milik Sinta yang kini sudah membengkak kemerahan. Gundukan kemaluan yang putih kemerah- merahan itu menjadi berkilat-kilat basah dan bulu-bulu kemaluan pegawai bank ini pun menjadi basuh kuyup oleh jilatan Tejo. Lidah Tejo menyusuri belahan kemaluan yang telah membengkak lantas ke sekujur permukaan kemaluan yang membukit montok hingga ke sela-sela kedua pahanya, kemudian menyusuri ke bawah hingga ke belahan pantat yang tampak montok.
Kembali cairan kenikmatan membasahi kemaluan pegawai bank ini, hal ini lidah dan bibir Tejo makin liar menjilati di daerah paling pribadi milik Sinta yang kini sudah membengkak kemerahan. Gundukan kemaluan yang putih kemerah- merahan itu menjadi berkilat-kilat basah dan bulu-bulu kemaluan pegawai bank ini pun menjadi basuh kuyup oleh jilatan Tejo. Lidah Tejo menyusuri belahan kemaluan yang telah membengkak lantas ke sekujur permukaan kemaluan yang membukit montok hingga ke sela-sela kedua pahanya, kemudian menyusuri ke bawah hingga ke belahan pantat yang tampak montok.
Tejo menjadi semakin gemas melihat
belahan pantat Sinta yang terlihat sebagian, sehingga dengan bernafsu
Tejo membalikkan badan pegawai bank yang terlentang menjadi tengkurap.
Mata Tejo melotot liar melihat pemandangan indah setelah pegawai bank
lebar tersebut tengkurap. Pantat pegawai bank yang montok dan telanjang
tampak menggunung menggiurkan. Tejo terengah penuh birahi memandang
kemontokan pantat bundar Sinta yang putih mulus itu. Dengan gemas Tejo
meremas-remas bukit pantat Sinta tersebut dengan tangan lantas Tejo
mendekatkan mukanya pada belahan pantat pegawai bank tersebut . Lidahnya
terjulur menyentuh belahan pantatnya kemudian dengan bernafsu Tejo
mulai menjilati belahan pantatnya yang putih mulus tersebut. Sinta
mendesah-desah dengan badan menggelinjang menahan birahinya, saat lidah
Tejo menyusuri belahan pantatnya hingga belahan kemaluannya yang
kemerahan. Belahan pantat mulus Sinta yang putih dalam sekejap menjadi
basah berkilat oleh jilatan lidah Tejo.
Kemudian bibir dan lidah Tejo secara
bergantian menyusuri sekujur pantat montok Sinta tersebut. Tangannya
juga menguak belahan pantat Sinta dan selanjutnya lidahnya menyapu
daerah anus dan sekitarnya yang membuat Sinta tersebut mengerang penuh
birahi. Puas menikmati pantat Sinta yang montok, Tejo kembali
menelentangkan pegawi bank yang cantik ini. Mata Tejo terarah pada
sepasang payudara montok yang seperti gunung hendak meletus. Tangan Tejo
dengan lincah jari-jari tangannya meremas remasbuah dada Sinta yang
tegak bagai gunung kembar tersebut.
Buah dada Sinta nampak sangat montok dan
indah. Buah dada yang putih mulus dengan puting susu yang kemerahan
membuat Tejo tak sabar untuk meremas dan menyedot putting susunya.
Sedetik kemudian, payudara pegawai bank ini telah berada dalam mulut
Tejo yang menyedot dengan nafsu secara bergantian. Puting susu yang
telah tegak mengeras tersebut di hisap dan diremas-remas membuat Sinta
terpekik kecil menahan kenikmatan birahinya. Payudara Sinta yang putih
mulus itu dalam sekejap basah oleh liur Tejo. Tejo sudah tak tahan
menahan nafsunya.
Tejo tidak menyangka kalau saat ini Tejo
berhasil menelanjangi wanita yang selama ini ia kagumi. Birahinya sudah
menggelegak di ubun-ubun dengan penis yang tegang mengeras. Tejo
melihat pegawai bank ini mempunyai badan yang indah dan terlihat masih
kencang.Tejo menyusuri keindahan badan telanjang wanita muda ini dari
muka hingga ke kakinya. Kemudian mata Tejo kembali menatap kemaluan
Sinta yang indah itu, tangan Tejo kembali terulur menjamah bagian
kewanitaan pegawi bank yang telanjang ini. Tejo merasakan kewanitaan
Sinta berdenyut liar, bagai memiliki kehidupan tersendiri. Warnanya yang
merah basah, kontras sekali dengan warna putih bukit kemaluannya. Dari
jarak yang sangat dekat, Tejo dapat melihat betapa lubang kewanitaan
wanita muda tersebut membuka-menutup dan dinding-dindingnya
berdenyut-denyut, sepertinya jantung Sinta telah pindah ke bawah. Tejo
juga bisa melihat betapa otot-otot di pangkal paha Sinta menegang
seperti sedang menahan sakit.
Begitu hebat puncak birahi melanda
Sinta, sampai dua menit lamanya perempuan yang menggairahkan ini bagai
sedang dilanda ayan. Ia menjerit tertahan , lalu mengerang, lalu
menggumam, lalu hanya terengah-engah. Batang kejantanan Tejo segera
terlihat tegak bergerak-gerak seirama jantungnya yang berdegup keras.
Sinta masih menggeliat-geliat dengan mata terpejam, menampakkan
pemandangan sangat seksi di atas kasur ini.
Tangan Sinta ini mencengkram kasur bagai
menahan sakit, kedua pahanya yang indah terbuka lebar, kepalanya
mendongak menampakkan ekspresi muka menggairahkan, rambut ekor kudanya
yang kini menjuntai ke kanan dan kiri, sementara wajahnya yang sedang
berkonsentrasi menikmati puncak birahi. Tejo menempatkan dirinya di
antara kedua kaki Sinta, lalu mengangkat kedua pahanya, membuat kemaluan
Sinta semakin terbuka.
Sesaat kemudian dengan cepat penis Tejo
yang tegang segera melesak ke dalam badan Sinta melalui lubang memeknya.
Tejopun segera menunaikan tugasnya dengan baik, mendorong, menarik
kejantanannya dengan cepat. Gerakannya begitu ganas dan liar, seperti
hendak meluluh-lantakkan badan Sinta yang sedang menggeliat-geliat
kegelian itu. Tak kenal ampun, batang penis Tejo menerjang-nerjang,
menerobos dalam sekali sampai ke dinding belakang yang sedang
berkontraksi menyambut orgasme. Wanita cantik ini merintih dan mengerang
penuh kenikmatan. Tejo mengerahkan seluruh tenaganya menyebadani wanita
yang cantik ini. Otot-otot bahu dan lengannya terasa menegang dan
terlihat berkilat-kilat karena keringat. Pinggang Tejo bergerak cepat
dan kuat bagai piston mesin-mesin di pabrik.
Suara berkecipak terdengar setiap kali
badannya membentur badan Sinta, di sela-sela desah dan erangan Sinta.
Sinta merintih dan mengerang begitu jalang merasakan kenikmatan yang
ganas dan liar. Seluruh badannya terasa dilanda kegelian, kegatalan yang
membuat otot-ototnya menegang. Kewanitaannya terasa kenyal
menggeliat-geliat, mendatangkan kenikmatan yang tak terlukiskan. Dengan
mata merem melek, Sinta mengerang dan merintih penyerahan sekaligus
pengesahan atas datangnya puncak birahi yang tak terperi. Tejo merasakan
batang kejantanannya bagai sedang dipilin dan dihisap oleh sebuah mulut
yang amat kuat sedotannya. Tejo tak mampu menahan lagi, Kenikmatan yang
didapatkan dari jepitan kemaluan wanit cantik ini tidak mungkin
dilukiskan. Dengan geraman liar Tejo memuncratkan seluruh isi kontolnya
dalam lubang memek Sinta, bercipratan membanjiri seluruh rongga
kewanitaan wanita cantik yang sedang megap-megap dilanda orgasme. Sinta
mengerang merasakan siraman birahi panas dari ujung penis Tejo ke dalam
dasar kemaluannnya. Tejo merasakan jepitan Sinta kian ketat
berdenyut-denyut pada batang kontolnya dan cairan kewanitaan wanita
cantik ini terasa mengguyur batang kontolnya yang datang bergelombang.
Tejo menggeram liar disusul Sinta yang mengerang dan mengerang lagi,
sebelum akhirnya terjerembab dengan badan bagai lumat di atas kasur.
Tejo menyusul roboh menimpa badan motok
Sinta yang licin oleh keringat itu. Nafas Tejo tersengal-sengal
ditingkahi nafas Sinta yang juga terengah bagai perenang yang baru saja
menyelesaikan pertandingan di kolam renang. Badan Tejo lunglai di atas
badan telanjang Sinta yang juga lemas.
“Oh, nikmat sekali. Betul-betul ganas…” kata Sinta akhirnya, setelah ia berhasil mengendalikan nafasnya yang memburu.
“Oh, nikmat sekali. Betul-betul ganas…” kata Sinta akhirnya, setelah ia berhasil mengendalikan nafasnya yang memburu.
“bagaimana mbak Sinta… nikmat kan?
Bagaimana jika sekali lagi mbak…” ujar Tejo sambil terengah-engah
sementara kedua tangan sibuk meremas – remas buah dada Sinta.
“jangan mas… aku dah gak kuat…
kapan-kapan lagi aja mas” sahut Sinta diantara nafasnya yang memburu.
Sementara badannya sudah bagaikan kehilangan tulang.
Tetapi Tejo yang tengah asyik
meremas-remas payudara Sinta seolah tak mendengar keluhan Sinta, Tejo
justru tersenyum buas sambil tangan kanannya bergerak mengelus-elus paha
dan kemaluan Sinta yang berlepotan sperma. Diperlakukan seperti itu
Sinta hanya bisa pasrah, matanya merem melek sementara badannya sudah
tak berdaya.
Tejo menjadi tak tahan. Laki – laki ini
segera menindih Sinta yang tengah pasrah. Sinta sempat melirik penis
besar Tejo sebelum penis besar dan panjang itu mulai melesak ke dalam
lubang memeknya untuk yang ketiga kalinya. Wanita cantik ini mengerang
dan merintih kenikmatan saat dirasakannya penis Tejo menyusuri lubang
memeknya kian dalam, dan wanita ini terpaksa kembali membuka pahanya
lebar-lebar untuk menerima sodokan penis yang besar dan panjang seperti
milik Tejo. Tak berapa lama kemudian, Tejo menaik turunkan pantatnya
diatas kemaluan Sinta. Kini Tejo mulai menggerak-gerakkan kontolnya
naik-turun perlahan di dalam lubang kamaluan wanita cantik yang hangat
itu. Lubang yang sudah sangat becek itu berdenyut- denyut, seperti mau
melumat kemaluannya. Rasanya nikmat sekali. Tejo mendekatkan mulutnya
menciumi muka ayu Sinta. Tangan Tejo juga menggerayangi payudara putih
mulus yang sudah mengeras bertambah liat itu. Diremas- remasnya
perlahan, sambil sesekali dipijit-pijitnya bagian putting susu yang
sudah mencuat ke atas. Pinggul wanita cantik yang besar ini ikut
bergoyang-goyang sehingga Tejo merasakan kenikmatan di dalam
selangkangannya. Sementara lubang memeknya sendiri semakin berlendir dan
gesekan alat kelamin kedua manusia lain jenis ini itu menimbulkan bunyi
yang seret-seret basah.
“Prrttt… prrrttt… prrttt.. ssrrrtt… srrrttt… srrrrttt… ppprttt… prrrttt…”
penis besar Tejo memang terasa sekali, membuat kemaluan Sinta seperti mau robek. Lubang memek wanita berusia 25 tahun ini menjadi semakin membengkak besar kemerah-merahan seperti baru melahirkan. Membuat syaraf-syaraf di dalam lubang senggamanya menjadi sangat sensitif terhadap sodokan kepala penis laki – laki ini. Sodokan kepala penis itu terasa mau membelah bagian selangkangannya. Belum lagi urat-urat besar seperti cacing yang menonjol di sekeliling batang kemaluan Tejo membuat Sinta merasakan nikmat yang luar biasa. Meski agak pegal dan nyeri karena sudah ketiga kalinya disebadani oleh Tejo tapi rasa enak di kemaluannya lebih besar. Lendirnya kini makin banyak keluar membanjiri kemaluannya, karena rangsangan hebat pada wanita cantik ini. Ketika Tejo membenamkan seluruh batang kemaluannya,Sinta merasakan seperti benda besar dan hangat berdenyut- denyut itu masuk ke rahimnya. Perutnya kini sudah bisa menyesuaikan diri tidak mulas lagi ketika saat pertama tadi laki – laki ini menyodok- nyodokkan kontolnya dengan keras.
penis besar Tejo memang terasa sekali, membuat kemaluan Sinta seperti mau robek. Lubang memek wanita berusia 25 tahun ini menjadi semakin membengkak besar kemerah-merahan seperti baru melahirkan. Membuat syaraf-syaraf di dalam lubang senggamanya menjadi sangat sensitif terhadap sodokan kepala penis laki – laki ini. Sodokan kepala penis itu terasa mau membelah bagian selangkangannya. Belum lagi urat-urat besar seperti cacing yang menonjol di sekeliling batang kemaluan Tejo membuat Sinta merasakan nikmat yang luar biasa. Meski agak pegal dan nyeri karena sudah ketiga kalinya disebadani oleh Tejo tapi rasa enak di kemaluannya lebih besar. Lendirnya kini makin banyak keluar membanjiri kemaluannya, karena rangsangan hebat pada wanita cantik ini. Ketika Tejo membenamkan seluruh batang kemaluannya,Sinta merasakan seperti benda besar dan hangat berdenyut- denyut itu masuk ke rahimnya. Perutnya kini sudah bisa menyesuaikan diri tidak mulas lagi ketika saat pertama tadi laki – laki ini menyodok- nyodokkan kontolnya dengan keras.
Sinta kini mulai menuju puncak orgasme.
Lubang memeknya kembali menjepit-jepit dengan kuat penis Tejo. Kaki
wanita cantik ini diangkat menjepit kuat pinggang Tejo dan tangannya
mencengkram kasur. Dengan beberapa hentakan keras pinggulnya, Sinta
memuncrakan cairan dari dalam lubang memeknya menyiram dan mengguyur
kemaluan Tejo disertai erangan panjang penuh kenikmatan. Setelah itu
Sinta terkulai lemas di bawah badan berat Tejo. Kaki wanita cantik
tersebut mengangkang lebar lagi pasrah menerima tusukan-tusukan kemaluan
Tejo yang semakin cepat. Tanpa merasa lelah Tejo terus memacu kontolnya
dan sesekali menggoyang-goyangkan pinggulnya. Sepertinya ia ingin
mengorek-ngorek setiap sudut kemaluan wanita cantik ini. Suara bunyi
becek makin keras terdengar karena lubang memek Sinta itu kini sudah
dibanjiri lender kental yang membuatnya agak lebih licin. Sinta mulai
merasakan pegal di kemaluannya karena gerakan Tejo yang bertambah liar
dan kasar. Badannya ikut terguncang-guncang ketika Tejo
menghentak-hentakkan pinggulnya dengan keras dan cepat.
“Plok.. plokk… plok.. plookk…
crrppp… crrppp… crrrppp… srrrpp… srrppp…” Bunyi keras terdengar dari persenggamaan ketiga kalinya oleh Tejo dan Sinta .
“Mas Tejo….. ouhhh pelan, …!” desis Sinta sambil meringis kesakitan.
Kemaluannya terasa nyeri dan pinggulnya pegal karena agresivitas Tejo yang seperti kuda liar. Akhirnya Tejo mulai mencapai orgasme. Dibenamkannya muka Tejo pada buah dada Sinta dan ditekankannya badannya kuat-kuat sambil menghentakkan pinggulnya keras berkali-kali membuat badan Sinta ikut terdorong. Muncratlah air mani dari kontolnya mengguyur rahim dan kemaluan pegawai bank tersebut. Karena banyaknya sampai-sampai ada yang keluar membasahi permukaan kasur. Sinta dari tadi diam, terdengar pelan isak tangisnya terdengar sementara hujan masih turun dengan derasnya. Tejo cuma menggumam, menenggelamkan kepalanya di antara dua payudara Sinta yang lembut. Begitu gelombang kenikmatan berlalu, kesadaran kembali memenuhi ruang pikiran wanita cantik ini. Sinta hanya bisa terlentang tak berdaya, meskipun hanya sekedar memakai pakaiannya kembali. Melihat tersebut Tejo tersenyum puas namun tiba-tiba sebuah rencana masuk ke pikiran bejat Tejo. Tejo kemudian bangkit berdiri memakai pakaiannya kembali dan pergi ke kamar mandi. Beberapa saat kemudian kekuatan Sinta sudah mulai pulih, tapi Sinta jadi bingung karena celana dalam dan BHnya hilang
crrppp… crrppp… crrrppp… srrrpp… srrppp…” Bunyi keras terdengar dari persenggamaan ketiga kalinya oleh Tejo dan Sinta .
“Mas Tejo….. ouhhh pelan, …!” desis Sinta sambil meringis kesakitan.
Kemaluannya terasa nyeri dan pinggulnya pegal karena agresivitas Tejo yang seperti kuda liar. Akhirnya Tejo mulai mencapai orgasme. Dibenamkannya muka Tejo pada buah dada Sinta dan ditekankannya badannya kuat-kuat sambil menghentakkan pinggulnya keras berkali-kali membuat badan Sinta ikut terdorong. Muncratlah air mani dari kontolnya mengguyur rahim dan kemaluan pegawai bank tersebut. Karena banyaknya sampai-sampai ada yang keluar membasahi permukaan kasur. Sinta dari tadi diam, terdengar pelan isak tangisnya terdengar sementara hujan masih turun dengan derasnya. Tejo cuma menggumam, menenggelamkan kepalanya di antara dua payudara Sinta yang lembut. Begitu gelombang kenikmatan berlalu, kesadaran kembali memenuhi ruang pikiran wanita cantik ini. Sinta hanya bisa terlentang tak berdaya, meskipun hanya sekedar memakai pakaiannya kembali. Melihat tersebut Tejo tersenyum puas namun tiba-tiba sebuah rencana masuk ke pikiran bejat Tejo. Tejo kemudian bangkit berdiri memakai pakaiannya kembali dan pergi ke kamar mandi. Beberapa saat kemudian kekuatan Sinta sudah mulai pulih, tapi Sinta jadi bingung karena celana dalam dan BHnya hilang
“BH dan celana dalammu tak cuci di kamar
mandi mbak, habis kotor kepakai ngelap sepermaku tadi. Mbak Sinta tak
beli makanan jadi aku keluar dulu ya….” Ujar Tejo sambil tersenyum. Tak
lama sesudah mandi ia tampak keluar rumah untuk membeli sesuatu.
Setelah memastikan Tejo sudah keluar
rumah, Sinta minum air yang ada di gelas dekat kasur dan memakai
pakaiannya walaupun tanpa celana dalam dan BH, sehingga tampaklah
cetakan pantat dan buah dadanya, dengan gontai Sinta berjalan ke kamar
mandi untuk mengambil celana dalam serta BHnya dan mandi karena jarum
jam menunjukkan pukul 3.00 sore.
Bagian tiga : Di kamar mandi itu
Setelah mandi badan Sinta nampak segar,
namun tiba-tiba pakaian yang disampirkan di pintu jatuh di sisi luar.
Ketika ia membuka pintu untuk mengambilnya, Tejo yang sudah menunggu
tidak ingin membuang kesempatan emas itu. Dengan sigapnya ia meyerobot
masuk, tangan Sinta ditarik dan tubuhnya disandarkan ke tembok. “Mbak..
aku masih ingin menikmati keindahan tubuhmu.. Pasti Mbak Sinta sudah
segar kembali.. Nah sekarang tiba saatnya kita lanjutkan kembali..”
Mendengar itu Sinta kaget setengah mati.
Ia tidak menyangka bahwa Tejo masih belum puas. “Tapi Mas.., Sinta
sudah capek nih.., lagian tadi kan sudah.., masa Mas tega pada Sinta?”
“Oh.., jangan kuatir Mbak.., cuma
sebentar kok.. aku masih pengen sekali lagi..”, kata Tejo. “Ja.., jangan
Mas.., tolong jangan.., Sinta masih capek..”, jerit Sinta. “To..,
tolong.., tolong..!”, tampak Sinta berusaha meronta-ronta karena tangan
Tejo mulai meremas-remas payudaranya yang berukuran besar. Dan dengan
sekali hentakan, BH Sinta barusan dipakai sudah lepas dan dilempar
keluar. Walau sudah berusaha mendorong dan menendang tubuh gempal itu,
namun nafsu Tejo yang sudah demikian buas terus membuatnya bisa
mencengkeram tubuh mulus Sinta yang kini hanya mengenakan celana dalam
dan terus menghimpitnya ke tembok WC itu.
Karena merasa yakin bahwa ia sudah tidak
bisa lari lagi dari sana, Sinta hanya bisa pasrah. Sekarang mulut Tejo
sudah mulai menghisap-hisap puting susunya yang besar. Persis seperti
bayi yang baru lahir sedang menyusu ke ibunya. Mulut Tejo juga kadang
mengecup dan mengenyot payudara Sinta yang bermandikan peluh dan
sekarang, bermandikan ludah Tejo juga. Sehingga payudara mulus Sinta
makin penuh bekas-bekas merah akibat cupangan dari persetubuhan yang
sebelumnya dan yang barusan dicupang Tejo. Jilatan kini sudah sangat
melebar hingga ketek dan leher Sinta, cupangan dan sedotannya juga makin
kencang, sehingga menimbulkan bunyi kecipokan yang keras dan bekas
cupang dimana-mana. Gairah dalam diri Sinta tiba-tiba muncul dan
bergejolak, tampaknya obat perangsang yang dicampurkan Tejo ke air minum
yang diminum Sinta mulai bereaksi. Dengan sengaja diraihnya batang
kemaluan Tejo yang sudah berdiri dari tadi. Dan dikocok-kocokknya dengan
pelan. Memang penis itu amat besar dan panjang. “Wah, tadi enak banget
waktu ngisi memekku.., ngak ngira dimasukin kontol sebesar ini ngak
sakit sama sekali tapi malah bikin ketagihan..”, pikir Sinta dalam hati.
Sementara itu tangan Tejo pun melepaskan
celana dalam biru muda yang dikenakan Sinta… Dan Tejo pun ikut membuka
semua pakaiannya.., hingga kini keduanya sama-sama dalam keadaan tanpa
busana selembar benangpun. Tejo mengangkat kaki kanan Sinta ke
pingggangnya lalu dengan perlahan ia memasukkan batang kemaluannya ke
memek Sinta. Bles.., bless.., jebb.., setengah dari penis itu masuk
dengan sempurna ke memek wanita yang barusan kehilangan keperawanannya
itu. Sinta terbeliak kaget merasakan penis itu kembali masuk memeknya.
Tejo terus saja mendorong maju batang kemaluannya sambil mencium dan
melumat bibir Sinta yang seksi itu. Sinta tak mau kalah. Ia pun maju
mundur menghadapi serangan Tejo. Jeb.., jeb.., jebb..! Penis yang besar
itu keluar masuk berkali-kali.. Sinta sampai terpejam-pejam merasakan
kenikmatan yang tiada taranya tubuhnya terasa terbang ke awang-awang
kini ia sudah kecanduan penis ajaib Tejo…
Sepuluh menit kemudian, mereka berganti
posisi. Sinta kini berpegangan ke bagian atas kloset dan pantatnya di
hadapkan ke Tejo. Melihat pemandangan menggairahkan itu, tanpa
membuang-buang waktu lagi Tejo segera memasukkan batang kemaluannya dari
arah belakang kemaluan Sinta.., bless.., bless.., jeb.., jebb..! Tejo
dengan asyik melakukan aksinya itu. Tangan kanannya berusaha meraih
payudara Sinta sambil terus menusukkan penis supernya ke kewanitaan
Sinta.
“Mas duduk aja sekarang di atas kloset
ini.., biar sekarang gantian Sinta yang aktif..”, kata Sinta di
tengah-tengah permainan mereka yang penuh nafsu. Tejo itu pun menurut.
Tanpa menunggu lagi, Sinta meraih penis yang sudah 2 kali lebih keras
dan besar itu, untuk segera dimasukkan ke liang kenikmatannya. Ia pun
duduk naik turun di atas penis ajaib itu. Sementara kedua mata Tejo
terpejam-pejam merasakan kenikmatan surgawi itu. Kedua tangannya
meremas-remas gunung kembar Sinta. “Ooh.., oh.., ohh..”, erang Sinta
penuh kenikmatan.
Penis itu begitu kuat, kokoh dan keras.
Walau sudah berkali-kali ditusukkan ke depan, belakang, maupun dari
atas, belum juga menunjukkan akan menyemburkan cairan putih kentalnya,
sementara Sinta sudah orgasme beberapa kali. Melihat itu, Sinta segera
turun dari pangkuan Tejo itu. Dengan penuh semangat ia meraih penis itu
untuk segera dimasukkan ke mulutnya. Dijilatnya dengan lembut kemudian
dihisap dan dipilin-pilin dengan lidahnya… oooh.., oh.., oohh.., kali
ini ganti Tejo yang mengerang karena merasakan kenikmatan. Lima belas
menit kemudian, wajah Tejo tampak menegang dan ia mencengkeram pundak
Sinta dengan sangat erat.. Sinta menyadari apa yang akan terjadi.., tapi
ia tidak menghiraukannya.., ia terus saja menghisap penis ajaib itu..,
dan benar.., crot.., crot.., crott..! Semburan air mani masuk ke dalam
mulut seksi Sinta tanpa bisa dihalangi lagi. Sinta pun menelan semua
mani itu termasuk menjilat yang masih tersisa di penis Tejo itu dengan
lahapnya…
Sejak peristiwa di rumah kontrakan itu,
mereka tidak henti-hentinya berhubungan intim di mana saja dan kapan
saja mereka bernafsu.., di mobil, di hotel, di rumah Sinta. Sinta kini
mulai meninggalkan dunia lesbinya karena sekarang ada Tejo yang selalu
sukses membawanya merasakan surga dunia. Sebaliknya Tejo juga ngak
pusing lagi kalau lagi sange karena ada memek Sinta yang peret, wangi,
halal dan aman.
0 comments:
Post a Comment