Sebuah cerita tentang kisah seseorang
remaja yang menyetbuhi teman kostnya yang masih 17 tahun dan duduk di
bangku SMA. Kiki, yang sering disebut temannya mirip dengan salah satu
anggota JKT48 dengan wajah yang cantik serta tubuhnya yang masih mungil,
mulus dan seksi ini akan membuat mata para lelaki terpesona melihatnya.
Aku mengenalnya ketika dia berkelahi
dengan teman sebelah kamar kost nya. Kiki namanya, gadis yang masih
duduk di bangku SMA itu sangat liar. Ia tinggal sendirian, asalnya dari
luar kota, setiap bulannya ia hanya menerima kiriman uang dari orang
tuanya. Tempat kost kami tiga tingkat, lantai satu untuk parkiran
kendaraan kami, lantai dua untuk kamar laki-laki, dan lantai tiga untuk
kamar perempuan. Di sini lebih bersih dibandingkan kost yang dahulu aku
tempati untuk mengintai gerak-gerik Citra. Ada sekitar dua puluhan kamar
di setiap lantainya, ruangan cukup besar seperti halnya apartemen, ada
dapur dan kamar mandi di dalam. Cukup nyaman walau pun sedikit mahal.
Ketika itu aku mendengar suara gaduh di
lantai atas, aku segera berlari ke sana, dan mendapatkan dua gadis
sedang berkelahi, mereka sedang bercakar-cakaran dan menarik-narik
rambut. Aku segera meleraikan mereka, dengan mudah kulerai mereka. Aku
seorang polisi, namaku Wahyu, aku mengancam mereka akan ku bawa ke
kantor polisi kalau melakukan perkelahian lagi. Kiki seorang yang ngott,
ia tidak mau berdamai, sedangkan lawannya yang bernama Siska sudah
meminta maaf dan ingin berjabat tangan. Kuminta Siska kembali ke
kamarnya, sedangkan Kiki ku tenangkan. Ku bawa ke cafe yang berada di
depan kost, sejak itulah kami mulai dekat.
Entah berpacaran atau tidak, tapi kami
sudah cukup dekat, bahkan sangat dekat. Aku mulai melupakan Citra, gadis
yang pernah menjadi target operasiku, ia adalah seorang pecandu
narkoba, sekarang dia sedang direhabilitasi, dan sudah lama aku tidak
mengunjunginya, semoga saja dia semakin membaik.
Malam itu Kiki sedikit takut ketika kami
pulang dari bioskop, kami menonton film horor Hollywood yang berjudul
Annabelle, cerita boneka hantu yang memiliki kekuatan supranatural
jahat. Entah kenapa malam itu Kiki bilang ia tidak bisa tidur karena
terngiang-ngiang dengan film tersebut, dan aku terpaksa mengijinkannya
beristirahat di kamar kost ku.
“Mas tidur di mana?”, tanya Kiki karena
bingung dengan kasur yang saya miliki hanya satu dan berukuran singel.
“Saya tidur di sofa saja, Kiki tenang saja”, jawabku. “Kenapa ga gabung
mas? Mas ga bisa tidur dempet-dempetan?”, tanya nya. “Bukan gitu ki, mas
kan perlu jaga diri”, jawabku. “Jadi mas jijik dengan Kiki?”, tanyanya
lagi. Aku bingung harus berkata apa, namun dari pertanyaan Kiki terlihat
dia ingin sekali dekat denganku.
Aku sudah sedikit nafsu ketika Kiki
hanya mengenakan piyama tipisnya, malam ini akau bisa menidurinya kalau
ia terus-terusan menggodaku. Aku belakangan ini memang sedang terbuai
asmara, aku sering bercinta dengan wanita pekerja seks komersial, aku
bahkan pernah dilayani artis di dalam sel, namun kali ini aku akan
ditawari seorang gadis remaja secara gratis. Pikirku kenapa tidak jika
Kiki juga tidak keberatan?
Aku mulai beranjak dari Sofa, mendekati
Kiki yang tidur di kasur dan sedang menatapku memintaku untuk
menemaninya di atas kasur itu. Ku tidur di sampingnya, berdempetan
karena kecilnya kasurku ini. Hmm, harum sekali tubuhnya, rambutnya bau
shampoo karena habis creambath. “Kiki, harum banget…”, kataku. “Peluk
aja mas, Kiki sedikit kedinginan”, katanya dengan nada menggoda.
Gadis ayu yang dahulunya sangat kasar
ini ternyata dapat merayuku dengan gemulai tubuhnya. “Kiki mau jadi
pacar mas?”, tanyaku sebelum merasa berdosa karena menidurinya. “Loh?
Jadi mas selama ini menganggap Kiki ini apa?!”, tanya nya sedikit marah.
Kami memang belum resmi pacaran, namun kedekatan hubungan kami sudah
lebih dari seperti orang berpacaran. “Maaf Ki, mas Cuma mau memastikan
saja, siapa tahu Kiki menyesal…”, aku mencari alasan agar Kiki tidak
marah.
Kiki melihatku serius lalu ia memelukku
erat, “Kiki cinta banget sama mas”, ia berkata demikian membuat hatiku
terhanyut cinta. Aku membalas pelukannya lalu ku ciumi bibir manisnya
itu. Malam ini aku merasakan resmi berpacaran dengannya. “Loh, Kiki ga
pakai bra?”, tanya ku ketika memeluk tubuhnya dan merasakan gumpalan
dadanya menyentuh dadaku. Piyama tipisnya memperlihatkan lekuk tubuhnya,
terutama bagian dadanya yang sedikit menyembul. “Kebiasaan mas…”, jawab
Kiki. “Celana dalam juga loh mas…”, sambungnya membuatku kaget. “Mas
nafsuan ya?”, tanya Kiki ketika ia meraba bagian selangkanganku, ia
mendapatkan penisku yang sedang mengeras di dalam celanaku. Aku hanya
tersenyum lalu melanjutkan ciumanku di bibirnya. Ah, aku mulai membuka
pakaiannya, piyama tipisnya juga harum. Wah, susunya terlihat segar,
ukurannya memang sepadan dengan gadis seumurannya, tidak besar juga
tidak kecil, namun terlihat ranum karena baru tumbuh. Putingnya pun
masih kecil, dan sedikit berwarna merah muda. Aku langsung saja
menjilatinya, nikmat susunya membuatku semakin ngaceng.

Penisku terasa sangat mengeras di balik celanaku, agar lebih leluasa aku pun segera membuka pakaianku hingga bugil. “Mas, itu tititnya besar, Kiki belum pernah lihat..”, katanya seperti gadis lugu. “Kiki penasaran? Lihat saja…”, aku mengarahkan penisku ke arahnya. Kiki memperhatikan penisku dan diraba-rabanya.
Beberapa menit kemudian aku mulai
mengajarinya. Aku duduk di kasur dan Kiki berjongkok di lantai, aku
mengajarinya cara memainkan penis dan menyepongnya. Kiki dengan cepat
bisa belajar, ia seperti mudah sekali mengerti dengan apa yang
kuarahkan. Kiki semakin profesional mengocok dan menyepong penisku.
Kuperhatikan wajahnya yang sedang maju mundur di selangkanganku, penisku
keluar masuk di mulutnya. Ia kadang-kadang menjilatinya.
Wajahnya sungguh ayu, mirip dengan
anggota JKT48 yang bernama Nabilah. Kubayangkan wajah artis itu yang
sedang menyepong penisku, oh sungguh nikmat hingga aku hampir
berejakulasi. Kutahan sepongan Kiki, aku tidak mau segera mengusaikan
semua ini. Aku mengangkatnya, aku lalu merebahkannya kembali ke kasur,
kembali kuciumi bibirnya. Sedikit berbeda, setelah menyepongi penisku,
bibir Kiki terasa berbeda, ada sedikit bau rasanya. Tidak mau lama
menikmati bibirnya itu, aku pun kemudian mengarahkan ciumanku ke leher
hingga menuju ke susu nya kembali.
Indah susunya, kuremas dan kusedoti
putingnya. Sungguh nikmat rasanya, aku telah mengagahi pacarku, pacar
yang usianya terpaut cukup jauh denganku. Susunya segar, aku sangat
menyukainya, putih mulus dan harum. Beberapa menit berlalu aku pun mulai
meraba ke arah vaginanya, jembutnya yang masih jarang-jarang menandakan
dia baru bertumbuh remaja. Aku mulai meraba bagian garis tengahnya itu,
Kiki sedikit malu-malu, namun aku mendekap mulutnya dengan bibirku agar
aku leluasa memainkan jariku di vaginanya. Kiki merintih nikmat ketika
aku memainkan daerah klitorisnya, sedikit geli membuat Kiki merontah
ingin melepaskan tanganku dari vaginanya. Namun aku menindihnya kuat,
lalu aku mulai memainkan jariku, keluar masuk di lubang vaginanya yang
ternyata masih sangat sempit.
Sudah cukup lama dan tanganku mulai
lelah memompa di dalam vaginanya itu, kini aku coba mengarahkan penis ku
yang sedang mengaceng keras ke vaginanya. “Ah, sakittt…”, rintih Kiki
karena vaginanya sedikit sempit sehingga penis besarku merobeknya. Aku
dengan pelan menusukkannya, dan kemudian dengan perlahan pula menariknya
keluar lagi. Ku ulangi sekali lagi agar Kiki terbiasa, namun aku tidak
menariknya lagi, kutusukkan dalam-dalam lalu kutarik pelan namun tidak
keluar, lalu ku masukkan lagi. “Ahhhh…..”, rintih Kiki sambil menggigit
bibir bawahnya.
Aku mulai menggenjot Kiki, tanpa
menggnakan kondom, aku sedikit berhati-hati agar tidak kecolongan.
Pelan-pelan ku genjoti Kiki hingga ia sekarang mulai menikmatinya, ia
mencengkram punggungku, kadang ia menarik pantatku agar aku menyodoknya
lebih dalam lagi. Aku dan Kiki sudah melakukan hubungan seks layaknya
suami istri. “Ah…”, Kiki terus mendesah mengikuti irama genjotanku. Aku
sebentar-bentar menahan genjotanku ketika penisku sedikit bergejolak
ingin berejakulasi. Ku benamkan dalam-dalam hingga tidak tersisa dan
kubiarkan beberapa detik hingga ku yakin penisku tidak berejakulasi,
lalu ku mulai menggenjot lagi.
Tubuh mungilnya yang harus terus ku
peluk tanpa mau ku lepaskan. Kiki hanya bisa mendesah kenikmatan. “Mas,
Kiki sayang banget sama Mas…”, katanya. Aku tidak menghiraukan lagi apa
yang akan dikatakannya, nafsu ku memuncak, aku terus menggenjotnya
sambil mengenyot susunya. Hingga beberapa lama kemudian aku merasakan
semua memuncak di penisku, ejakulasi tidak dapat ku tahan lagi, segera
ku tarik penisku karena takut menyemprot di dalam sana. Ku arahkan ke
arah wajah Kiki, ia lalu menyepongnya, dan tersemprotlah spermaku di
dalam mulutnya itu. Kiki sedikit menolak, bau amis yang aku yakin
menjadi alasannya, namun penis tidak ku tarik hingga Kiki terpaksa
menelan semua sperma yang aku semprotkan itu.
Kami terbangun ketika alaramku berbunyi,
aku dan Kiki bugil tertidur di kasur singel bed ini sambil berpelukan.
Aku segera bangun dan mandi, jam 6 pagi, aku harus segera ke tempat
kerjaku, rutan, sedangkan Kiki sudah harus bersekolah. Ia tidak membawa
seragamnya karena ada di kamar kostnya, terpaksa ia memakai kembali
piyamanya dan segera berlari kembali ke kamarnya. Sayang sekali, aku
berharap bisa mandi bareng dengan Kiki pagi ini. Namun lain kali, aku
masih bisa bercumbu dengannya, kami sudah resmi pacaran, dan hari ini
dimulai kisah cinta kami.
0 comments:
Post a Comment